BAB II
FAKTOR – FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
DAYA SERAP SISWA TERHADAP MUATAN KURIKULUM
Sebagaimana yang sama – sama kita ketahui bahwa majunya suatu Negara ditentukan oleh factor pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu Negara, maka semakin besar pula peluan suatu Negara yang bersangkutan untuk mencapai kemajuan. Hal ini dapat dimaklumi, karena melalui pendidikan yang berkualitas tersebut dimungkinkan dapat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Menyadari akan pentingnya peranan pendidikan dimaksud, pihak pemerintah menaruh perhatian yang sangat serius, secara bertahap dan berkesinambungan pula telah melaksanakan berbagai upaya, baik yang mengacu kepada perluasan kesempatan belajar, maupun peningkatan mutu pendidikan. Upaya dimaksud antara lain pengangkatan Tenaga Pendidikan, Penyelenggarakan pelatihan penataran bagi para guru, pembangunan gedung sekolah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku pedoman guru, buku untuk murid dan perpustakaan, dan lain sebagainya. Upaya – upaya dimaksud secara bertahap dan akan ditingkatkan, dengan harapan kualitas pendidikan akan meningkat.
Sungguhpun telah demikian banyaknya usaha – usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, nampaknya usaha tersebut belum berhasil sepenuhnya. Hal ini dapat kita lihat dari perolehan nilai siswa pada ujian akhir sekolah. Penulis mengelompokan menjadi 3 ( tiga ) factor yang sangat mempengaruhi dan berperan sehingga Daya Serap Kurikulum ( DSK ) siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumpur Kudus sangat rendah. Factor tersebut adalah factor Instrumental. Factor lingkungan dan factor siswa.
I. FAKTOR INSTRUMENTAL
Faktor instrumental merupakan factor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang pencapaian tujuan yang dikehendaki. Yang termasuk factor Instrumental ini diantaranya :
a. Guru
Guru merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di Sekolah. Guru bertanggung jawab penuh atas ketercapaian tujuan pengajaran disekolah. Guru merupakan pembimbing siswa sehingga keduanya dapat menjalin hubungan emosional yang bermakna selama proses penyerapan nilai – nilai dari lingkungan sekitar. Kondisi ini memudahkan mereka untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat. Profesi guru bukan merupakan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi sebagai pekerjaan yang harus di tekuni untuk mewujudkan keahlian professional secara maksimal. Sebagai tenaga professional, guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pengajaran disekolah.
Dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang guru – guru dituntut untuk selalu memacu kemampuan dan keterampilannya dalam berbagai segi. Tugas pokok guru masa kini tidak cukup hanya menyajikan informasi actual untuk memperluas cakrawala anak dan mengembangkan sjumlah keterampilan serta sikap positif tetapi guru juga memungkinkan untuk berperan serta sebagai peneliti. Pembangkit, semangat ( motivator ) dan pembantu belajar ( fasilitator ). Harius disadari oleh para guru bahwa begitu mereka memasuki dunia pendidikan baru yang menuntutnya untuk belajar sepanjang hayat secara berkesinambungan. Tingkat dan jenjang pendidikan yang telah dilaluinya hanyalah suatu pendahuluan untuk melangkah ke proses pendidikan dan pengembangan diri selanjutnya.
Dalam pelaksanaan tugasnya yang mulia tersebut para guru pun tak luput dari berbagai rintangan dan hambatan. Akibat dari hambatan dan rintangan tersebut maka kadangkala tingkat penguasaan siswa terhadap tuntutan kurikulum sangat rendah. Seperti hal nya yang terjadi di Kecamatan Sumpur Kudus. Diantara sekian banyak rintangan yang sering dijumpai dalam peningkatan pencapaian daya serap terhadap tuntutan kurikulum dari pihak guru di Kecamatan Sumpur Kudus adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahamam guru terhadap kurikulum.
Kurikulum sebagai seperangkat rencana dalam pelaksanaan proses belejar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran merupakan hal mutlak yang harus dikuaai oleh guru. Kurikulum merupakan pedoman utama yang harus dipergunakan oleh guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Lain halnya dengan yang sering penulis amati dilapangan,banyak diantara rekan-rekan guru yang mempergunakan buku paket sebagai acuan utamanya dalam proses belajar mengajar. Bahkan ada rekan rekan guru yang tidak memiliki kurikulum itu sendiri dan tidak tahu membacanya dengan benar. Dapat kita bayangkan hasil apa yang akan diperoleh setelah proses belajar mengajar selesai. Kurikulum berisikan materi minimal yang harus dikuasai siswa slesai mengikuti proses belajar mengajar.Materi minimal inilah yang tidak pernah tersentuh oleh guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga imbasnya kepada tingkat daya serap siswa terhadap tuntutan kurikulum itu sendiri .
2. Guru tidak memilki komitmen yang tinggi terhadap tugas.
Komitmen merupakan perjanjian ( keterikatan ) untuk melakuka tugas yang diemban kepada seeorang.Profesi guru dengan tugas utama untuk mendidik, mengajar dan meltih siswa sudah banyak dilecehkan oleh guru itu sendiri. ( mereka para guru ) tidak lagi mlksanakan tugas yang diembankan kepadanya dengan sungguh sungguh,bahkan terkesan asal jadi untuk membayar hutang.Guru tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya karena adanya tugas lain diluar tugas mengajar.Sehingga tugas pokoknya terabaikan.
3. Guru tidak menguasai motodologi pengajaran dan penggunaan sarana prasarana Serta lingkungan sebagai sumber belajar.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru dan kemampuan pribadi guru itu sendiri. Juga disebabkan oleh kemalasan guru itu sendiri untuk mengembangkan profesinya dengan jalan bertanya dan belajar.
4. Kesenjangan antara waktu yang dialokasikan dalamkurikulum dengan tuntutan kurikulum.
Akibat adanya kesenjangan tersebut maka materi yang harus disampaikan akan terbatas pula, sehingga materi – materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak dapat diberikan sepenuhnya.
5. Jumlah guru yang kurang pada suatu sekolah
Kecamatan Sumpur Kudus yang sekolah nya sebagian besar berada di tempat / daerah yang terpencil banyak yang kekurangan guru, sehingga siswa tidak dapat terdidik dengan baik. Misalnya seorang guru mengajar lebih dari satu kelas sehingga apa yang diajarkannya kurang memberikan hasil yang memuaskan.
FAKTOR – FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
DAYA SERAP SISWA TERHADAP MUATAN KURIKULUM
Sebagaimana yang sama – sama kita ketahui bahwa majunya suatu Negara ditentukan oleh factor pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu Negara, maka semakin besar pula peluan suatu Negara yang bersangkutan untuk mencapai kemajuan. Hal ini dapat dimaklumi, karena melalui pendidikan yang berkualitas tersebut dimungkinkan dapat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Menyadari akan pentingnya peranan pendidikan dimaksud, pihak pemerintah menaruh perhatian yang sangat serius, secara bertahap dan berkesinambungan pula telah melaksanakan berbagai upaya, baik yang mengacu kepada perluasan kesempatan belajar, maupun peningkatan mutu pendidikan. Upaya dimaksud antara lain pengangkatan Tenaga Pendidikan, Penyelenggarakan pelatihan penataran bagi para guru, pembangunan gedung sekolah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku pedoman guru, buku untuk murid dan perpustakaan, dan lain sebagainya. Upaya – upaya dimaksud secara bertahap dan akan ditingkatkan, dengan harapan kualitas pendidikan akan meningkat.
Sungguhpun telah demikian banyaknya usaha – usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, nampaknya usaha tersebut belum berhasil sepenuhnya. Hal ini dapat kita lihat dari perolehan nilai siswa pada ujian akhir sekolah. Penulis mengelompokan menjadi 3 ( tiga ) factor yang sangat mempengaruhi dan berperan sehingga Daya Serap Kurikulum ( DSK ) siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumpur Kudus sangat rendah. Factor tersebut adalah factor Instrumental. Factor lingkungan dan factor siswa.
I. FAKTOR INSTRUMENTAL
Faktor instrumental merupakan factor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang pencapaian tujuan yang dikehendaki. Yang termasuk factor Instrumental ini diantaranya :
a. Guru
Guru merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di Sekolah. Guru bertanggung jawab penuh atas ketercapaian tujuan pengajaran disekolah. Guru merupakan pembimbing siswa sehingga keduanya dapat menjalin hubungan emosional yang bermakna selama proses penyerapan nilai – nilai dari lingkungan sekitar. Kondisi ini memudahkan mereka untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat. Profesi guru bukan merupakan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi sebagai pekerjaan yang harus di tekuni untuk mewujudkan keahlian professional secara maksimal. Sebagai tenaga professional, guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pengajaran disekolah.
Dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang guru – guru dituntut untuk selalu memacu kemampuan dan keterampilannya dalam berbagai segi. Tugas pokok guru masa kini tidak cukup hanya menyajikan informasi actual untuk memperluas cakrawala anak dan mengembangkan sjumlah keterampilan serta sikap positif tetapi guru juga memungkinkan untuk berperan serta sebagai peneliti. Pembangkit, semangat ( motivator ) dan pembantu belajar ( fasilitator ). Harius disadari oleh para guru bahwa begitu mereka memasuki dunia pendidikan baru yang menuntutnya untuk belajar sepanjang hayat secara berkesinambungan. Tingkat dan jenjang pendidikan yang telah dilaluinya hanyalah suatu pendahuluan untuk melangkah ke proses pendidikan dan pengembangan diri selanjutnya.
Dalam pelaksanaan tugasnya yang mulia tersebut para guru pun tak luput dari berbagai rintangan dan hambatan. Akibat dari hambatan dan rintangan tersebut maka kadangkala tingkat penguasaan siswa terhadap tuntutan kurikulum sangat rendah. Seperti hal nya yang terjadi di Kecamatan Sumpur Kudus. Diantara sekian banyak rintangan yang sering dijumpai dalam peningkatan pencapaian daya serap terhadap tuntutan kurikulum dari pihak guru di Kecamatan Sumpur Kudus adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahamam guru terhadap kurikulum.
Kurikulum sebagai seperangkat rencana dalam pelaksanaan proses belejar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran merupakan hal mutlak yang harus dikuaai oleh guru. Kurikulum merupakan pedoman utama yang harus dipergunakan oleh guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Lain halnya dengan yang sering penulis amati dilapangan,banyak diantara rekan-rekan guru yang mempergunakan buku paket sebagai acuan utamanya dalam proses belajar mengajar. Bahkan ada rekan rekan guru yang tidak memiliki kurikulum itu sendiri dan tidak tahu membacanya dengan benar. Dapat kita bayangkan hasil apa yang akan diperoleh setelah proses belajar mengajar selesai. Kurikulum berisikan materi minimal yang harus dikuasai siswa slesai mengikuti proses belajar mengajar.Materi minimal inilah yang tidak pernah tersentuh oleh guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga imbasnya kepada tingkat daya serap siswa terhadap tuntutan kurikulum itu sendiri .
2. Guru tidak memilki komitmen yang tinggi terhadap tugas.
Komitmen merupakan perjanjian ( keterikatan ) untuk melakuka tugas yang diemban kepada seeorang.Profesi guru dengan tugas utama untuk mendidik, mengajar dan meltih siswa sudah banyak dilecehkan oleh guru itu sendiri. ( mereka para guru ) tidak lagi mlksanakan tugas yang diembankan kepadanya dengan sungguh sungguh,bahkan terkesan asal jadi untuk membayar hutang.Guru tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya karena adanya tugas lain diluar tugas mengajar.Sehingga tugas pokoknya terabaikan.
3. Guru tidak menguasai motodologi pengajaran dan penggunaan sarana prasarana Serta lingkungan sebagai sumber belajar.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru dan kemampuan pribadi guru itu sendiri. Juga disebabkan oleh kemalasan guru itu sendiri untuk mengembangkan profesinya dengan jalan bertanya dan belajar.
4. Kesenjangan antara waktu yang dialokasikan dalamkurikulum dengan tuntutan kurikulum.
Akibat adanya kesenjangan tersebut maka materi yang harus disampaikan akan terbatas pula, sehingga materi – materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak dapat diberikan sepenuhnya.
5. Jumlah guru yang kurang pada suatu sekolah
Kecamatan Sumpur Kudus yang sekolah nya sebagian besar berada di tempat / daerah yang terpencil banyak yang kekurangan guru, sehingga siswa tidak dapat terdidik dengan baik. Misalnya seorang guru mengajar lebih dari satu kelas sehingga apa yang diajarkannya kurang memberikan hasil yang memuaskan.
Comments