#Dia_itu_Anakmu! “Ga, usah ajak Nabil kenapa sih, Ma? Kan bisa ditinggal sama neneknya?” Bang Abrar menatapku tajam. “Memang kenapa kalau aku ajak Nabil. Bukan kamu juga yang menggendong?” balasku sewot. Kulihat wajah Bang Abrar berubah tegang, rahangnya mengeras. Sekali hantaman kaki ia meninggalkanku yang masih merapikan jilbab. “Bang!” panggilku keras. Dia menghentikan langkah persis di ambang pintu. Menoleh dengan tatapan mata yang masih menggambarkan emosi. “Kalau kamu ajak Nabil, biar aku sendiri yang pergi!” “Bang! Nabil itu anak kamu lho, Bang! Darah daging kamu! Kamu malu karena Nabil Down Syndrome?” Pelupuk mataku mulai digenangi Air. Dadaku serasa diremas oleh perkataan ayah dari anakku sendiri. “Tapi ini pesta kantor, Niara! Banyak orang penting!” jawabnya dengan nada mulai melemah. “Jadi karena itu kamu tidak mau membawa Nabil? Bang, seharusnya kita sebagai orang tua lebih memperhatikan Nabil, bukan ikut mendiskriminasi anak sendiri! Bagaimana ia bisa
Tulisan receh, tapi dibuat dengan hati.