Skip to main content
#Dia_itu_Anakmu!

“Ga, usah ajak Nabil kenapa sih, Ma? Kan bisa ditinggal sama neneknya?” Bang Abrar menatapku tajam.

“Memang kenapa kalau aku ajak Nabil. Bukan kamu juga yang menggendong?” balasku sewot.

Kulihat wajah Bang Abrar berubah tegang, rahangnya mengeras. Sekali hantaman kaki ia meninggalkanku yang masih merapikan jilbab.

“Bang!” panggilku keras.

Dia menghentikan langkah persis di ambang pintu. Menoleh dengan tatapan mata yang masih menggambarkan emosi.

“Kalau kamu ajak Nabil, biar aku sendiri yang pergi!”

“Bang! Nabil itu anak kamu lho, Bang! Darah daging kamu! Kamu malu karena Nabil Down Syndrome?” Pelupuk mataku mulai digenangi Air. Dadaku serasa diremas oleh perkataan ayah dari anakku sendiri.

“Tapi ini pesta kantor, Niara! Banyak orang penting!” jawabnya dengan nada mulai melemah.

“Jadi karena itu kamu tidak mau membawa Nabil? Bang, seharusnya kita sebagai orang tua lebih memperhatikan Nabil, bukan ikut mendiskriminasi anak sendiri! Bagaimana ia bisa hidup di tengah masyarakat, sementara orang tuanya sendiri tidak mendukung kesembuhannya?” Air mataku mulai berjatuhan.

Rasa kesal dan marah bercampur dalam dada, sehingga aku sudah tidak bisa mengontrol diri sendiri.

“Biasanya kan aku ajak main, Niara?” Pertanyaan yang semakin menyakitkan di telingaku.

Selama ini jangankan main, menggendong saja laki-laki ganteng itu tidak mau, kecuali terpaksa.

“Terserah Abang! Mau pergi sendiri silahkan!” Kususut air mata yang luruh ke pipi. Memendam sakit dengan helaan napas berat.

**
Setelah Bang Abrar pergi, aku segera ke kamar Nabil. Anak itu pasti sedih karena tidak jadi pergi. Padahal sejak subuh dia sudah minta mandi. Sebab semalam aku memberi tahunya pagi ini kami pergi ke pesta. Wajah datar dan mata bulatnya tampak ceria sekali saat menerima kabar itu. Tapi kenyataan pagi ini pasti akan membuat bocah satu wajah seribu nama, buah hatiku itu terluka lagi.

“Nabil ...!” sapaku sambil menguak pintu kamar.

Kosong, anakku kemana? Rasa cemas mulai menghinggapi jiwa. Usia Nabil memang sudah delapan tahun, tapi karena Down Syndrome tingkahnya tak ubah anak lima tahun.

Berbagai pertanyaan hinggap dalam kepala, apa jangan-jangan anak itu naik ke mobil ayahnya seperti waktu dulu? Tapi tak mungkin, Bang Abrar tadi pagi tidak memanaskan mesin mobil.

Sebenarnya bukan hanya aku yang dikaruniai anak seperti Nabil, banyak ibu lain yang bernasib sama denganku di luar sana. Sayangnya suamiku tidak terima dengan kekurangan anak sendiri. Padahal Nabil seperti itu, mungkin karena ulah Bang Abrar juga.

Terbayang perbuatan suamiku, air mata kembali jatuh. Saat aku hamil Nabil, Bang Abrar pernah bertingkah, selingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Tapi karena desakan keluarga aku memaafkan kelakuan suamiku yang sebenarnya sudah di luar batas.
Kesedihan yang kualami, kecewa dan sakit hati melihat kelakuan Bang Abrar membuatku menyepelekan kehamilanku kala itu. Asupan gizi untuk anak yang dalam perutku tidak lagi seimbang, bahkan aku pernah meminum obat tidur tidak sesuai anjuran dokter. Dan aku rasa itu salah satu penyebab Nabil harus menjadi anak berkebutuhan khusus seperti sekarang.

Langkahku terasa berat menyusuri gang sempit yang biasa kulalui bersama Nabil. Semoga anak itu tidak pergi jauh. Mungkin tadi ia mengejar ayahnya, seperti waktu dulu pernah ia lakukan. Saat Bang Abrar mau pergi ke luar kota.

Ketika sampai di ujung gang yang berhadapan dengan kali, mataku menyipit. Dada langsung bergemuruh, rasa tidak enak menyergap. Banyak warga berkerumun di sana dengan wajah cemas.

“Bu Niara!” Pak RW langsung menghampiri saat melihatku bergegas ke dekat kerumunan.

“Nabil, Bu ...!”

Aku terkejut dan menyibak kerumunan warga. Melihat tubuhku yang gemetar, beberapa orang warga memegang lenganku. Nabil ditemukan warga di dalam kali. Ia dibaringkan di atas selembar kain milik warga yang rumahnya dekat tempat kejadian.

“Bunda ...!” Suaranya terdengar lirih dan menyayat hati.

Kupeluk tubuh basah Nabil, dengan air mata yang tak henti mengucur.

“Kita bawa ke rumah sakit saja, Bu!” saran Pak RW.

Aku pasrah dan mengangguk, tidak ada jalan lain menyelamatkan Nabil.
Saat dalam mobil Pak RW, aku memangku tubuh Nabil yang terasa mulai dingin.

“Bund ...,” lirihnya.
“Iya, sayang.”
“Maap, Bibin ngejar ayah,” ucapnya terbata-bata.

Aku tak mampu menjawab, selain merapatkan pelukan.

“Maapkan Bibin, tayang Nda ...,” ucapnya di telingaku.
Pelan, sepelan kepergiannya dalam pelukanku.

**
“Puas kamu? Puas?” hardikku saat melihat Bang Abrar memeluk tubuh beku Nabil.

“Maafkan ayah, Nak! Maafkan ayah!” tangis Bang Abrar pecah.

“Semua gara-gara kamu!” teriakku yang membuat semua mata di rumahku menangis sedih.

Andai saja tadi Bang Abrar tidak egois, mungkin Nabil masih bersamaku bermain lego, membuat gambar di ruang ini. Semua ulah kamu, Bang. Aku merutuki sikap suamiku yang maunya menang sendiri.

Namun, aku sadar. Ini adalah takdir, Nabil lebih dicintai Allah, melebihi cintaku padanya. Dia anak surga, semoga kelak dia yang menjemputku dengan senyum dan menggandeng tanganku memasuki surga abadi.

Comments

Popular posts from this blog

laporan percobaan listrik statis

I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui adanya gaya listrik statis. 2. Untuk membuktikan adanya gaya listrik statis dengan menggunakan rambut kering dan rambut kering II. ALAT DAN BAHAN a. Sisir plastiK b. Rambut seseorang yang agak tebal dan kering c. Potongan-potongan kertas kecil III. CARA KERJA a. Sebelum proses penggosokan baik sisir maupun rambut sama-sama bersifat netral. Pada keadaan netral, jumlah muatan listrik positif sama dengan netral, jumlah muatan listrik positif sama dengan dengan jumlah electron ). b. Sisirlah rambur kering yang agak tebal dengan sisir plastik c. Kemudian dekatkan sisir plastik itu ke potongan-potongan kertas kecil d. Amati apa yang terjadi IV. DATA PENGAMATAN NO Keadaan Sisir Keadaan Kertas 1 Netral sebelum di gosok rambut Diam tak bergerak 2 Sesudah di gosokkan ke rambut Bergerak / tertarik kearah sisir V.

kumpulan Pidato Pasambahan Adat Minang Kabau

ASS.WBB.. MANO SAGALO NINIAK MAMAK NAN GADANG BASA BATUAH RILA JO MAAF AMBO PINTAK NAN DIATOK ATEH SURAMBI DISUSUN JARI NAN SAPULUAH SOMBAH JO SIMPUAH MANJALANI KABAKEH DATUAK SOMBAH SABARIH SAPATAH KATO. BARI AMPUN LAH SAYO MANDATANGKAN SOMBAH, SOMBAH SAUJUD MANJALANI, KAHARIBAAN SAGALO DATUAK SAGALO TUK ANGKU, NAN SAISI RUMAH NAN KO, NAN TATANAI DEK LANTAI, NAN TALINGKUANG DEK DINDIANG, NAN TASUNGKUIK DEK ATOK, GADANG INDAK DISABUIK GALA, KETEK INDAK DI IMBAU NAMO, DALAM BUAH PASAMBAHAN KASADONYO, ZAHIRNYO SAMBAH BAKEH DATUAK. JO SAMBAH SIMPUAH SALAM DIANGKEK, SAKALI GAWA BARIBU AMPUN, MAAFKAN JUO BADAN AMBO, DALAM BUAH PASAMBAHAN, KOK SALAH MINTAK DI PATUIK IN, SASEK MINTAK DI IMBAU, TALUNCUA MINTAK DISENTAK, SOBOK AMBOKO KURANG PANDAPEK NAN BAK SIKEK, KURANG SUSUN NAN BAK SIRIAH, ILMU PANGATAHUAN JAUH SAKALI, A-LA NAN KAJADI BUAH PASAMBAHAN DIADAT SAWAJAH KO KINI, ALA KATANGAH SIRIAH DI CARANO, NINIAK MAMAK SARATO TUK ANGKU, DUDUK BALINGKUANG KASADONYO, SOMBAH MANYOMBAH DIPABANYAK

SISTEM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN

SISTEM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN menurut modul UT yang kubaca : Administr a si kepegawaian merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari unsur- u nsur (komponen) yang dikendalikan kearah sasaran agar mencapai hasil yang optimal. Untuk itu sistem mendapat input berupa informasi tentang kebutuhan pegawai yang diperlukan, keadaan pasar tenaga kerja dan lain-lain. Input diproses dalam sistem menghasilkan output . proses yang terjadi dalam sistem adalah interaksi unsu r yang berhubungan secara seri yaitu suatu kegiatan merupakan kelanjutan dari seri sebelumnya. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa sistem kepegawaian memiliki pengertian lebih luas bukan hanya berkaitan dengan sistem pengangkatan pegawai tetapi juga meliputi perencanaan, pembinaan karier, pengendalian dan sebagainya. Secara umum kita mengenal beberapa sistem kepegawaian sebagai berikut: -         Integratet system : suatu sistem kepegawaian, dimana manajamen kepegawaian mulai dari rekutmen, penempa